Senin, 31 Oktober 2011

Borobudur yang melintas batas


Berbicara mengenai candi Borobudur, tidak akan menyekat kita untuk hanya berbicara di ranah pembicaraan mengenai situs yang identik dengan agama Budha saja. Akan tetapi akan mengantarkan kita pada pembicaan yang jauh lebih luas dari itu. Candi Borobudur memang telah lebih dari seratus tahun yang lalu menjadi tempat ziarah terbesar di dunia. Orang-orang datang dari seluruh penjuru dunia untuk mendapatkan wahyu, dan mencari nilai-nilai yang dapat mengantarkan mereka untuk mendekati kemuliaan spiritual dalam hidup.
Sebelum kita memulai perjalanan pembelajaran menuju candi Borobudor, kita akan mengarahkan langkah pertama pada candi Mendut terlebih dahulu. Candi Mendut merupakan awal perjalan ziarah menuju candi Borobudur. Pada candi Mendut, terdapat banyak relief yang memaparkan cerita-cerita binatang, yang sebenarnya menjelaskan kehidupan masyarakat pada umumnya. Binatang pertama yang diceritakan adalah tentang kura-kura yang dibawa terbang oleh dua ekor angsa. Kura-kura menggigit sebatang kayu yang dipengang oleh angsa-angsa tadi. Melihat hal tersebut, orang-orang memuji angsa-angsa yang pandai itu. Mendengar pujian yang ditujuakan pada angsa-angsa, kura-kura tidak terima dan kemudian berteriak, serta mengatakan bahwa dialah yang memiliki ide itu. Pada saat ia membuka mulutnya, maka jatuhlah si kura-kura. Si kura-kura kemudian mati.
Cerita kedua dalah mengenai si kera. Digambarkanlah si kera yang berlindung dari hujan dan diejek oleh burung manyar. Karena diejek,  kera kemudian marah dan merusak rumah burung manyar. Dalam penggambaran itu dimunculkan nilai bahwa lebih baik membantu daripada menjatuhkan pihak lain. Upaya menjatuhkan, akan selalu membuahkan kejatuhan juga.
Cerita selanjutnya dalah cerita tentang singa. Diperlihatkanlah sosok singa yang takut kepada kambing, karena kambing mengatakan suka memakan kambing. Kera menertawainya. Kera kemudian berniat untuk menemani singa dengan cara mengikatkan dirinya pada perut singa. Setelah itu mereka berdua berjalan mendekati kambing. Tapi singa masih takut pada kambing, sehingga singa kemudia berlari menjauh dengan kencang, sehingga kera terseret dan akhirnya mati. Pada penggambaran itu dimunculkan nilai bahwa walaupun bersahabat dengan yang kuat tidak akan selalu merupakan pilihan paling baik.
Cerita lainnya adalah cerita mengenai sekor kucing. Digambarkanlah kucing yang berpura-pura bertobat menjadi pendeta dengan membawa tasbih, sehingga tikus-tikus mau mendekat. Tapi kemudian ada satu tikus yang cerdas, dan mengatakan bahwa pendeta yang saleh tidak hanya membawa tasbih tapi juga membawa kelinting. Si kuncing kemudian menurut untuk membawa kelinting. Maka bila si kucing datang, maka bunyilah kelinting yang dibawanya, dan bersembunyilah para tikus menghindari si kucing. Nilai yang diajarkan melalui relief itu adalah apabila sebuah upaya menipu dilancarkan, akan menimbulkan tipuan lainnya yang memukul balik.
Cerita terakhir adalah cerita tentang seekor burung berkepala dua. Pada burung itu terlihat keadaan yang sangat berbeda, yaitu kepala atas memakan buah yang lezat,  kepala bawah hanya dapat sisa-sisanya.  Mengalami hal itu si kepala bawah protes, namun kepala atas mengatakan bahwa si kepala bawah tidak perlu memakan yang lezat, karena semua makanan itu akan masuk ke perut yang sama. Pada suatu hari si kepala bawah nekat memakan jamur beracun, dan mengakibatkan kematian burung tersebut dengan dua kepalanya sekalgus.
Hal-hal yang ditunjukkan melalui cerita binatang-binatang itu, sebenarnya menyadarkan kita sebagai manusia, bahwa kesombongan dan kerakusan merupakan hal yang tidak jauh dari sifat manusia.
Di dalam candi Mendut, kita akan menemukan patung sang Budha yang telah mengatasi segala kepincangan dan pertentangan masyarakat. Sikap tangan yang menunjukkan roda kehidupan yaitu sebab akibat dikuasasi sepenuhnya. Namun kita sebagai manusia masih jauhdari nilai semacam itu. Candi Mendut berada di dekat sungai dua sungai yaitu sungai Elo dan Progo. Bila melakukan perjalanan ke Borobudur, kita harus menyebrangi dua sungai tersebut dan singgah ke candi Pawon. Candi pawon,  tempat beristirahat dan mempersiapkan diri untuk pengalaman rohani yang mereka nanti-nantikan.
Bila pada masa kini, kita bisa dengan mudahnya memulai ziarah dari candi Mendut ke candi Borobudur dengan menggunakan mobil yang akan ditempuh hanya dalam beberapa menit. Namun pada masa lalu, jarak itu tidak dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. Para peziarah harus menempuh jarak yang cukup jauh, serta harus turun dan menyebrangi sungai Elo dan Progo dengan berjalan kaki , di saat sungai surut. Namun dapat juga ditempuh dengan menggunakan perahu di saat sungai pasang.
Hal yang digambarkan di candi Mendut mengenai penggambaran burung dengan kepala atas dan kepala bawah adalah gambaran nyata masyarakat kita. Perbedaan-perbedaan dan jarak dari tiap status kelas selalu membuahkan permasalahan sosial yang tiada habisnya.
Beralih dari candi mendut, kita akan berbicara mengenai candi Borobudur. Candi Borobudur memiliki 1300 relief. Relief itu dapat dilihat dengan cara mengelilingi candi. Pada putaran pertama, relief yang berjumlah 120 itu bercerita tentang riwayat hidup calon Budha. Relief pertama menggambarkan  ratu Maya yang merupakan ibunda sang Budha yang sedang bermimpi. Mimpi itu memperlihatkan seekor gajah yang turuh dari kahyangan dan masuh ke dalam diri ratu maya. Kemudian ratu Maya mengandung. Ketika akan melahirkan, ratu Maya menempuh perjalan ke suatu tempat yaitu ke hutan Lumini untuk melahirkan anaknya yang kelak menjadi sang Budha. Kelahiran itu diiringi kejadian luar biasa, bayi itu lahir dan langsung bisa berjalan. Dalam tujuh langkah pertamanya, tumbuh tujuh bunga teratai. Calon Budha dipangku oleh bibinya, karena ratu maya meninggal sesaat setelah melahirkan. Ada juga penggambaran tiga dewa dalam relief itu menunjukan bahwa calon Budha sangat mulia.
Setelah dewasa, calon Budha kemudian dikawinkan dan dibuatkan tiga istana, tapi calon Budha tidak selamanya tinggal di istana. Calon Budha menemukan hal-hal yang merubahnya melalui empat pertemuan besarnya. Pertemuan besarnya adalah ketika dia bertemu dengan orang tua, orang sakit dan orang mati. Ketiga pertemuan itu adalah perwakilan dari ketakutan manusia pada keadaan-keadaan tadi. Namun pada saat ia bertemu seorang biarawan, calon Budha melihat bahwa biarawan itu telah terlepas dari ketakutan-ketakutan tadi. Maka semenjak itu calon Budha memutuskan untuk hidup seperti biarawan. Hal itu meresahkan ayahnya, yang kemudian mengambil langkah untuk mengurung calon Budha di istana, dan memberikannya banyak perempuan. Namun calon Budha muak dengan hal tersebut, dan diam-diam dia melarikan diri dari istana. Maka mulai saat itulah calon Budha memulai prosesnya untuk menjadi Budha dengan bertapa dibawah pohon bodi.
Penggambaran awal mengenai perjalanan calon Budha menjadi seorang Budha adalah penggambaran mengenai proses pilihan manusia untuk menjadi sosok yang mampu meninggalkan keduniawian , menuju sesuatu yang jauh lebih mulia. Relief-relief dan stupa-stupa yang berjumlah 72 dengan satu stupa induk itu, memberikan banyak penceritaan dan banyak pembelajaran pada kita sebagai manusia yang masih bergelut dengan nilai-nilai keduniawian untuk kepentingan pribadi. Kita sering kali lupa dengan nilai-nilai yang jauh lebih tinggi, yaitu nilai kemanusiaan. Sebuah nilai mulia yang memang sungguh berat untuk dilakukan. Borobudur, hadir tidak hanya dengan kemegahannya, namun dengan nilai spiritual dan kulturalnya. Kesejarahan yang mungkin saja berdarah-darah dilalui oleh rakyat pada masa kejayaan Syailendra, untuk membangun sebuah mahakarya, tidak hanya berhenti pada suatu masa, namun akan berlanjut hingga masa selanjutnya.  Pembelajaran yang melintas batas, baik batas waktu, kepercayaan, maupun kebudayaan. Semua dapat kita temui dalam proses ziarah yang tak berkesudahan di candi Borobudur yang luar biasa itu.




Sumber: Film Dokumenter "Belajar dari Bororbudur" produksi SAVPUSKAT Yogyakarta.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Belajar mengelola sampah



ayo pilah, kumpulkan dan kelola sampah kita.


ini salah satu produk inovatif, 
pembalut ramah lingkungan


nah... ini dia mekanisme kerja dari instalasi penghasil biogas


sisa dari biofuel


kotoran sapi-sapi ini dapat menjadi bahan bakar alternatif lho




ayo belajar mengelola sampah


berbagi dan belajar bersama




bank sampah? solusi cerdas mengelola 
sampah komunal


Sapi-sapi ini memakan sampah, dan kita akan memakan sapi-sapi ini?




mereka yang mengais rejeki 


sampai kapan 
kita terus menumpuknya?


Mari memilah sampah
ini apa ya? sampah atau yang suka membuang sampah? hahaha






sampah jenis ini menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memprosesnya


membuat komposter 
dari sampah dapur kita
kompos 
yang masih dalam proses 






salah satu contoh hasil pembuatan karya dari barang bekas


tempat sampah terpilah
 yang sedap dipandang mata


komposter 
yang ada di halaman rumah


mesin pengolah limbah 
 

Semua tentang Vini Biroe Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting