sumber photo: http://jentytharian.blogspot.com |
Tulisan ini merupakan sebuah langkah awal untuk mengenal salah satu praktek komunal, yang sejak dulu dan hingga kini masih langgeng dilakukan di berbagai daerah di Indonesia (bahkan dunia). Tulisan ini hanya akan mengetengahkan pemaparan mengenai sabung ayam di tingkat permukaan saja, dan belum pada taraf analisis mendalam dengan kaca mata bidang apapun. Pemaparan dibawah ini dibuat berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pelaku sabung ayam.
Pada awal wawancara, responden dimintai keterangan mengenai alasannya mengikuti kegiatan sabung ayam. Beliau menjelaskan bahwa dirinya (dan juga
sebagian besar kawan-kawannya) memulai
keikutsertaannya dalam kegiatan ini, diawali dengan menonton keseruan yang
terjadi di arena persabungan. Setelah itu, kemudian timbul keinginan untuk ikut
dan mencobanya.
Ayam yang biasanya dijadikan ayam aduan adalah ayam
bangkok berjenis kelamin jantan, dengan kriteria fisik: berbadan besar, tegap,
berdada padat, serta kriteria fisik lainya yang menunjukkan kekuatan dari ayam tersebut.
Harga satu ekor ayam sabungan biasanya mulai dari ratusan ribu hingga puluhan
juta rupiah.
Perlakukan terhadap ayam sabungan juga sangat istimewa.
Pada pagi hari ayam dimandikan, kemudian dijemur di bawah sinar matahari pagi
sekitar satu hingga dua jam untuk menguatkan tulang dan tubuh ayam. Makanan dan
minuman ayam sabungan juga tak kalah istimewa, setiap hari ayam tersebut rutin mengkonsumsi
beras merah, madu, jahe, telur, gula jawa serta beberapa makanan atau minuman
yang dapat meningkatkan stamina ayam sabungan.
Sangkar bagi ayam sabungan tidak dibuat dari bahan yang
khusus (sama seperti sangkar ayam biasa), namun yang membedakannya adalah alas
dari sangkar tersebut. Pada sangkar ayam non sabungan, para pemilik biasanya
tidak memberi alas pada sangkar ayam-ayam mereka. Namun pada ayam sabungan,
para pemilik biasanya harus memberikan alas khusus sehingga ayam sabungan
mereka tidak akan meninjak tanah secara langsung. Maksunya agar saat diadu,
ayam sabungan yang menginjak tanah (biasanya arena sabungan adalah area tanah
yang lapang) akan selalu meloncat-loncat sebab merasa tidak jenak dan takut
terhadap tanah yang diinjaknya.
Ayam sabungan juga harus dilatih kemampuannya dalam
bertarung. Hal ini adalah point terpenting. Hampir sama dengan manusia, bila
akan menghadapi pertarungan yang bersifat fisik, maka manusia tersebut juga
harus melalui proses latihan fisik yang panjang agar menghasilkan kemampuan yang bagus dalam menghadapi pertarungannya.
Hal tersebut juga berlaku pada ayam sabungan, caranya adalah melatih fisik
ayam, seperti dengan melatihnya berenang di kolam, mengepak-ngepakan sayap dll.
Cara lainnya adalah dengan mencarikannya “lawan latihan”. Lawan latihan
tersebut biasanya dari ayam jenis entul atau Jago Kampung. Ayam sabung dilatih dengan melawan ayam entul agar mental dan
fisik ayam sabungan dapat semakin kuat. Ayam sabung tidak diberi taji atau
pisau tajam yang dililitkan dikakinya , seperti halnya ayam sabung ayam di
Bali. Namun senjata yang digunakan oleh ayam sabung tersebut berasal dari
tubuhnya sendiri, yaitu jalu yang ditajamkan dengan menggunakan pisau, sehingga
dapat melukai lawannya dengan mudah. Hal penting lain yang patut dicatat dalam
proses pemeliharaan dan pelatihan terhadap ayam sabungan adalah dengan tidak
memberikannya ayam betina. Karena apabila ayam sabungan (yang berjenis kelamin
jantan) dipelihara bersama dengan ayam betina, maka akan dapat melemahkan si
ayam sabungan.
Sabung ayam biasanya dilakukan di tempat-tempat yang jauh
dari keramaian dan jauh dari pemukiman warga. Seringkali sabung ayam dilakukan
di kebun-kebun yang sepi. Hal ini dilakukan agar tidak menarik perhatian banyak
orang, karena kegiatan ini bersifat sangat rahasia. Tidak ada hari khusus untuk
melakukan sabung ayam. Kegiatan ini dapat dilakukan setiap hari. Biasanya pada
hari Senin- Jum’at diadakan 2 kali persabungan di beberapa arena (dalam satu
wilayah). Sedangkan pada hari Sabtu- Minggu, dapat diadakan 4-5 kali persabungan. Lamanya persabungan tergantung dari
perjanjian antar pemilik ayam. Biasanya persabungan berlangsung minimal 3 kali banyon. Satu kali banyon biasanya selama 15 menit jadi total waktu persabungan
minimal 45 menit. Banyon yang dimaksud disini adalah masa jeda atau istirahat untuk
ayam sabungan yaitu pada saat wajah dari ayam tersebut dibasahi dengan air.
Pada setiap persabungan selalu ada wasit yang akan
memimpin dan menentukan pihak yang kalah atau menang. Wasit biasanya adalah
pemilik area persabungan. Namun ada pula wasit yang ditentukan oleh para
pemilik ayam yang akan disabung tersebut. Karena sabung ayam ini bersifat
rahasia, maka penyabung maupun penontonnya tidak boleh sembarang orang.
Komunitas ini sangat tertutup, mereka bergerak dengan sangat hati-hati dan
selektif dalam memasukkan “orang baru”.
Kerahasiaan ini dikarenakan motif sabung ayam yang selalu identik dengan
perjudian. Bagaimanapun juga, perjudian bukanlah hal yang legal di negara ini.
Maka segala hal yang berbau perjudian biasa dilakukan dengan diam-diam.
Walaupun diam-diam, hal tersebut tetaplah sebuah rahasia umum. Hampir banyak
orang yang tahu mengenai praktek ini, namun mereka tidak menghiraukan dengan
menutup mulut dan mata terhadapnya. Biasanya praktek persabungan ayam agar
dapat terus berlangsung dengan aman, karena memiliki orang-orang yang menjadi
“backing”. Tugas “backing” adalah melindungi dan menjamin bahwa tidak akan ada
gangguan yang dapat menghambat proses sabung ayam. “backing” sabung ayam
biasanya adalah jajaran orang-orang yang berpengaruh atau orang-orang yang
memiliki kekuatan di wilayah kebijakan dan hukum setempat. “backing” tersebut
selalu mendapatkan imbalan atas jasa perlindungannya. Imbalan tersebut diambil
dari sebagian bayaran yang diberikan oleh pemilik arena, para pemilik ayam yang
akan disabung, dan para penonton yang masuk ke arena persabungan.
Jumlah uang yang dipertaruhkan di arena persabungan paling
sedikit lima ratus ribu rupiah, dan tidak ada jumlah atau batas maksimal untuk
itu. Bahkan di beberapa tempat, pertaruhan tidak hanya menggunakan uang tunai,
namun ada juga yang mempertaruhkan mobil, rumah atau harta benda lainnya. Para petaruh berani mempertaruhkan harta
mereka pada sang ayam jagoan. Sebuah resiko besar siap ditanggung oleh mereka,
apabila sang ayam jagoan tidak memenuhi keberutungannya dan mengalami
kekalahan.