Kamis, 22 September 2011

Mengintip Sabung Ayam

sumber photo: http://jentytharian.blogspot.com

Tulisan ini merupakan sebuah langkah awal untuk mengenal salah satu praktek komunal, yang sejak dulu dan hingga kini masih langgeng dilakukan di berbagai daerah di Indonesia (bahkan dunia). Tulisan ini hanya akan mengetengahkan pemaparan mengenai sabung ayam di tingkat permukaan saja, dan belum pada taraf analisis mendalam dengan kaca mata bidang apapun. Pemaparan dibawah ini dibuat  berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pelaku sabung ayam. 
Pada awal wawancara, responden dimintai keterangan mengenai alasannya mengikuti kegiatan sabung ayam. Beliau menjelaskan bahwa  dirinya (dan juga sebagian besar kawan-kawannya)  memulai keikutsertaannya dalam kegiatan ini, diawali dengan menonton keseruan yang terjadi di arena persabungan. Setelah itu, kemudian timbul keinginan untuk ikut dan mencobanya.
Ayam yang biasanya dijadikan ayam aduan adalah ayam bangkok berjenis kelamin jantan, dengan kriteria fisik: berbadan besar, tegap, berdada padat, serta kriteria fisik lainya yang menunjukkan kekuatan dari ayam tersebut. Harga satu ekor ayam sabungan biasanya mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah.
Perlakukan terhadap ayam sabungan juga sangat istimewa. Pada pagi hari ayam dimandikan, kemudian dijemur di bawah sinar matahari pagi sekitar satu hingga dua jam untuk menguatkan tulang dan tubuh ayam. Makanan dan minuman ayam sabungan juga tak kalah istimewa, setiap hari ayam tersebut rutin mengkonsumsi beras merah, madu, jahe, telur, gula jawa serta beberapa makanan atau minuman yang dapat meningkatkan stamina ayam sabungan.
Sangkar bagi ayam sabungan tidak dibuat dari bahan yang khusus (sama seperti sangkar ayam biasa), namun yang membedakannya adalah alas dari sangkar tersebut. Pada sangkar ayam non sabungan, para pemilik biasanya tidak memberi alas pada sangkar ayam-ayam mereka. Namun pada ayam sabungan, para pemilik biasanya harus memberikan alas khusus sehingga ayam sabungan mereka tidak akan meninjak tanah secara langsung. Maksunya agar saat diadu, ayam sabungan yang menginjak tanah (biasanya arena sabungan adalah area tanah yang lapang) akan selalu meloncat-loncat sebab merasa tidak jenak dan takut terhadap tanah yang diinjaknya.
Ayam sabungan juga harus dilatih kemampuannya dalam bertarung. Hal ini adalah point terpenting. Hampir sama dengan manusia, bila akan menghadapi pertarungan yang bersifat fisik, maka manusia tersebut juga harus melalui proses latihan fisik yang panjang agar menghasilkan kemampuan  yang bagus dalam menghadapi pertarungannya. Hal tersebut juga berlaku pada ayam sabungan, caranya adalah melatih fisik ayam, seperti dengan melatihnya berenang di kolam, mengepak-ngepakan sayap dll. Cara lainnya adalah dengan mencarikannya “lawan latihan”. Lawan latihan tersebut biasanya dari ayam jenis entul atau Jago Kampung. Ayam sabung dilatih dengan melawan ayam entul agar mental dan fisik ayam sabungan dapat semakin kuat. Ayam sabung tidak diberi taji atau pisau tajam yang dililitkan dikakinya , seperti halnya ayam sabung ayam di Bali. Namun senjata yang digunakan oleh ayam sabung tersebut berasal dari tubuhnya sendiri, yaitu jalu yang ditajamkan dengan menggunakan pisau, sehingga dapat melukai lawannya dengan mudah. Hal penting lain yang patut dicatat dalam proses pemeliharaan dan pelatihan terhadap ayam sabungan adalah dengan tidak memberikannya ayam betina. Karena apabila ayam sabungan (yang berjenis kelamin jantan) dipelihara bersama dengan ayam betina, maka akan dapat melemahkan si ayam sabungan.
Sabung ayam biasanya dilakukan di tempat-tempat yang jauh dari keramaian dan jauh dari pemukiman warga. Seringkali sabung ayam dilakukan di kebun-kebun yang sepi. Hal ini dilakukan agar tidak menarik perhatian banyak orang, karena kegiatan ini bersifat sangat rahasia. Tidak ada hari khusus untuk melakukan sabung ayam. Kegiatan ini dapat dilakukan setiap hari. Biasanya pada hari Senin- Jum’at diadakan 2 kali persabungan di beberapa arena (dalam satu wilayah). Sedangkan pada hari Sabtu- Minggu, dapat diadakan 4-5 kali persabungan.  Lamanya persabungan tergantung dari perjanjian antar pemilik ayam. Biasanya persabungan berlangsung minimal 3 kali banyon. Satu kali banyon biasanya selama 15 menit jadi total waktu persabungan minimal 45 menit.  Banyon yang dimaksud disini adalah masa jeda atau istirahat untuk ayam sabungan yaitu pada saat wajah dari ayam tersebut dibasahi dengan air.
Pada setiap persabungan selalu ada wasit yang akan memimpin dan menentukan pihak yang kalah atau menang. Wasit biasanya adalah pemilik area persabungan. Namun ada pula wasit yang ditentukan oleh para pemilik ayam yang akan disabung tersebut. Karena sabung ayam ini bersifat rahasia, maka penyabung maupun penontonnya tidak boleh sembarang orang. Komunitas ini sangat tertutup, mereka bergerak dengan sangat hati-hati dan selektif dalam memasukkan “orang baru”.  Kerahasiaan ini dikarenakan motif sabung ayam yang selalu identik dengan perjudian. Bagaimanapun juga, perjudian bukanlah hal yang legal di negara ini. Maka segala hal yang berbau perjudian biasa dilakukan dengan diam-diam. Walaupun diam-diam, hal tersebut tetaplah sebuah rahasia umum. Hampir banyak orang yang tahu mengenai praktek ini, namun mereka tidak menghiraukan dengan menutup mulut dan mata terhadapnya. Biasanya praktek persabungan ayam agar dapat terus berlangsung dengan aman, karena memiliki orang-orang yang menjadi “backing”. Tugas “backing” adalah melindungi dan menjamin bahwa tidak akan ada gangguan yang dapat menghambat proses sabung ayam. “backing” sabung ayam biasanya adalah jajaran orang-orang yang berpengaruh atau orang-orang yang memiliki kekuatan di wilayah kebijakan dan hukum setempat. “backing” tersebut selalu mendapatkan imbalan atas jasa perlindungannya. Imbalan tersebut diambil dari sebagian bayaran yang diberikan oleh pemilik arena, para pemilik ayam yang akan disabung, dan para penonton yang masuk ke arena persabungan. 
Jumlah uang yang dipertaruhkan di arena persabungan paling sedikit lima ratus ribu rupiah, dan tidak ada jumlah atau batas maksimal untuk itu. Bahkan di beberapa tempat, pertaruhan tidak hanya menggunakan uang tunai, namun ada juga yang mempertaruhkan mobil, rumah atau harta benda lainnya.  Para petaruh berani mempertaruhkan harta mereka pada sang ayam jagoan. Sebuah resiko besar siap ditanggung oleh mereka, apabila sang ayam jagoan tidak memenuhi keberutungannya dan mengalami kekalahan.
Adanya banyak pergeseran ataupun perubahan nilai atas praktek sabung ayam di masa lalu hingga masa kini. Pada masa lalu, sabung ayam identik dengan motif sosial, seperti berkumpul akrab dengan sesama anggota masyarakat dan pelaksanaan ritual-ritual kebudayaan. Pada masa itu, sabung ayam juga memiliki motif personal seperti menunjukan sifat kejantanan si pemilik (yang diwakili oleh ayam miliknya). Sedangkang pada masa kini, sabung ayam lebih menitik beratkan pada motif perjudian, dan tidak ada motif warisan budaya dengan menggunakan ritual-ritual tertentu.  Motif lainnya adalah kesenangan, kepuasan, serta kepopuleran di antara sesama penyabung ayam. Motif perjudian sebenarnya juga ditemukan pada sabung ayam di masa lalu, namun pada masa itu perjudian masih menggunakan budaya sebagai alasannya.
 

Semua tentang Vini Biroe Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting