Senin, 22 Agustus 2011

Yogyakarta, padanya aku berikan cinta

Masih sangat segar diingatanku saat kunjungan pertamaku ke kota ini, yaitu pada saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Saat itu aku merasakan aura kenyamanan luar biasa yang dipancarakan oleh kota ini (semoga tidak dianggap lebay). Bila ditelusuri, sesungguhnya keikutsertaanku dalam kegiatan sekolah (SMPN 3 Bekasi) pada saat itu dikarenakan rasa penarasanku terhadap kota Yogya. Lagu Yogyakarta dari KLA Project adalah salah satu  faktor pendukung yang memunculkan rasa penasaran luar biasa di pikiranku pada masa itu. Di dalam kepalaku muncul pertanyaan-pertanyaan: seperti apakah Yogyakarta itu? Sebegitu indahkah? Apa yang membuatnya begitu menarik, sehingga mampu membuat Katon Bagaskara dan kawan-kawannya membuat sebuah lagu tentang kota itu?
Sebenarnya seminggu sebelum keberangkatanku ke Yogyakarta, aku sempat terserang gejala Typus. Ayahku melarangku tuk ikut acara sekolah tersebut, tapi aku ngotot bukan main untuk ikut. Bahkan aku sampai berjanji pada ayahku bahwa aku akan sembuh secepatnya bila dijinkan untuk pergi (agak konyol juga sich). Ayahku akhirnya menyerah dengan kengototanku, beliau memperbolehkanku pergi dengan catatan bahwa aku benar-benar sudah cukup sehat saat pergi nanti.
Benar saja, pada h-3 aku sudah cukup bugar dan sehat, sehingga mau tidak mau ayahku akhirnya memperbolehkanku pergi. Sepertinya kesembuhanku pada saat itu memang didorong oleh keinginan kuatku untuk cepat sehat dan pergi ke kota Yogya (sekali lagi, ini memang agak konyol).
Tibalah saatnya aku menginjakan kakiku di Yogyakarta. Ada perasaan yang aneh menyeruak, perasaan nyaman yang tak dapat diartikan dengan sangat mudah. Setelah beberapa hari berada di kota itu, aku membuat sebuah permohonan pada Tuhan, “Tuhan, aku sungguh ingin datang ke kota ini lagi, bukan untuk berlibur, tapi untuk tinggal. Tuhan, aku suka sekali kota ini.” Itulah permohonan yang aku ucapkan dalam hati saat bis yang aku tumpangi melesat pergi meninggalkan Yogyakarta.
Beberapa tahun berlalu, aku pun sudah lupa dengan permohonanku di waktu lalu. Hingga tiba saatnya aku lulus Sekolah Menengah Atas, aku dihadapkan pada keadaan bahwa aku tidak akan mungkin meneruskan pendidikanku ke perguruan tinggi. Alasan keadaan ekonomi keluarga yang tidak memungkinkanku untuk melanjutkan sekolah. Sejak kelas satu SMA, di saat teman-temanku sibuk untuk ikut bimbingan belajar dan bermimpi masuk ke universitas impian mereka, aku sudah membunuh impian itu sebelum impian itu tumbuh menjadi tunas. Bahkan dulu aku sempat berencana untuk ikut bekerja dengan bibiku di Garut, karena memang aku sudah merasa bahwa bangku kuliah adalah sebuah mimpi yang tidak mungkin.
Namun ternyata ada keajaiban yang tiba-tiba datang dan mengejutkanku. Tepat sebelum pengumuman kelulusanku, aku menerima pemberitahuan bahwa aku diterima sebagai mahasiswa melalui jalur PBUD (Penjaringan Bibit Unggul Daerah) di salah satu universitas negeri Yogyakarta. Sebelumnya aku pernah didaftarkan oleh guruku untuk ikut penjaringan penerimaan mahasiwa melalui jalur PBUD tersebut. Hanya berbekal laporan prestasi belajar semenjak kelas 1 hingga kelas 3, aku mendapatkan kesempatan untuk menjadi mahasiwa , tanpa harus mengikuti UMPTN atau tes apapun. Bayangkan saja perasaanku pada saat itu. Gembira, terkejut, dan  bingung datang silih berganti.  Gembira, tentu saja aku merasakannya hal itu sebagai sesuatu yang sangat luar biasa untukku. Terkejut, aku benar-benar tidak menduga bahwa berkah itu menjadi milikku. Bingung, karena selain hal luar biasa dan tak terduga itu, muncul satu masalah lagi untukku. Masalah selanjutnya adalah bagaimana caraku untuk mendapatkan biaya kuliahku nanti? Dan lagi-lagi Tuhan membuka jalan-Nya untukku, salah satu keluargaku menyatakan kesanggupannya membantuku untuk membiayai kuliah. Memang beliau tidak dapat membantu secara penuh, namun hal itu tetaplah sebuah keajaiban lain untukku. Aku berkomitmen untuk tetap mengusahakan jalan lain, agar dapat mendukung proses pendidikanku .
Semenjak itu, resmilah aku memulai babak hidupku di kota Yogyakarta. Masa kuliahku dapat disimpulkan sebagai salah satu masa terbaik dalam hidupku. Aku dipertemukan sahabat-sahabat yang luar biasa. Sahabat-sahabat yang mau dan selalu mampu membagi hidup dan kebahagiaan mereka bersamaku.
Aku sudah sangat lama tinggal di Yogya. Dulu memang aku sempat pergi dari kota ini setelah kelulusanku, namun kecintaanku pada kota ini menarikku kembali ke sini. Aku tak bisa jauh dari kota ini, sepertinya ada jalan takdir yang membuatku menetapkan hatiku di sini (mulai lebay lagi dech).    Bila boleh menarik alur ceritaku kembali ke awal, yaitu pada malam-malam bulan pertama aku datang ke Yogya untuk kuliah, aku pernah mendapatkan sebuah keanehan. Keanehan itu berupa suara drum band yang terdengar tiap dini hari, dan tidak dapat diketahui asal suaranya. Hal tersebut sangatlah janggal, karena tidak mungkin pada jam-jam tersebut ada segerombolan orang iseng yang berlatih drum band. Saat aku ceritakan hal itu pada teman-teman kostku, mereka mengatakan bahwa memang ada mitos bahwa bila seseorang mendengar suara drum band di saat dini hari, orang itu akan tinggal dan menjadi warga Yogya. Mitos yang aneh memang, namun sepertinya mitos itu benar berlaku padaku. Karena tahun ini adalah tahun ke-13 sejak kedatanganku di kota ini.

Permohonan

Menelanjangi masa lalu adalah sebuah keharaman bagiku.
Sama halnya seperti melemparkan beribu kotoran ke wajah banyak orang.
Memaafkan masa lalu adalah sebuah mekanisme yang harus terjadi.
Karena dengan mekanisme itu, kita dapat melakukan penyucian kembali atas segala sakit dan dosa.

Entah manusiawi atau tidak, terkadang kemarahan memang menggiring kita pada keterjebakan yang berkepanjangan.
Kebohongan membelit kita dengan rantai berduri yang mengoyak kejujuran yang entah masih ada atau tidak.
Saya hanya ingin melupakan dan sebisa mungkin meniadakan semua rekam jejak hitam itu.
Menyembuhkan luka yang mungkin saja nanahnya masih memproduksi dengan sendirinya.

Bila tidak dianggap berlebihan, saya hanya ingin semuanya kembali indah dengan tujuan yang lebih terarah.
Tidak ada sesuatu yang luar biasa, hanya memohon kedamaian dan kebahagiaan melalui sebuah niat yang sederhana.

Jumat, 19 Agustus 2011

Pada Sahabat-sahabat dan Kekasih-kekasih Jiwaku....


Aku lihat kamu berlari


Hmm....ada kumpulan bunga-bunga kecil yang sedang kau masukan ke dalam keranjang kehidupanmu.
Tapi mengapa menangis di saat kau berdarah karena durinya?
Bukankah kau menikmati makna dan esensi dari pencarianmu?
Ayo bangun dan mainkan partitur-partitur indah yang kau miliki.
Karena aku mencintaimu dengan semua kesederhanaan mimpi-mimpimu.


Lelah

terpekur dengan luapan yang serasa ingin dimuntahkan dari isi kelapaku

aku muak!

aku muak!
aku muak!pergi jauh dan menghilanglah! atau kalau mampu bunuhlah dirimu!dalam diam, masih aku lihat titik hitam itu semakin melebar. pertama-tama singgah di dalam otakku, namun semakin lama semakin melebar hingga ke seluruh sendi tubuhku.kaku dan mati. hilang dan dimusnahkan.aku terus mengocehkan berbagai kutukan dan sumpah serapah sambil terus melihat selubung hitam itu mendekati bola mataku.aku lelah....
 

Semua tentang Vini Biroe Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting